I. Pendahuluan
Semua
orang ditempat beraktifitas, apapun profesinya, secanggih apapun keterampilan
teknisnya, pasti akan berkomunikasi dengan yang lain. Dengan hanya memiliki
keterampilan teknis saja tidak menjamin seseorang akansukses dalam berdakwah.
Tanpa human skill, teknologi dan sistem akan menenggelamkan jama’ah kita
sendiri. Oleh karenanya keterampilan berkomunikasi menjadi unsur yang sangat
vital bagi semua pelaku dakwah. Kita semua mengetahui pentingnya komunikasi,
tetapi sulit mendefinisikan komunikasi itu sendiri dengan jelas. Dengan
memperhatikan secara seksama orang yang sedang berkomunikasi, kita akan
mendapatkan petunjuk tentang cara berkomunikasi yang bagaimana yang berhasil,
dan bagaimana yang tidak berhasil.
II. Proses
Komunikasi.
Adakalnya dalam berkomunikasi dengan orang lain, kita
temukan gangguan-gangguan (Noises), yang secara umum terbagi menjadi 3 bagian yaitu
:
1. Gangguan fisik : yakni gangguan yang datangnya dari luar atau
lingkungan, yang membuat kita sulit untuk berkonsentrasi, seperti : bising, ruangan penuh sesak/pengap,
terlalu dingin, lapar dll
2. Gangguan fisiologis : yakni gangguan yang berhubungan dengan
kondisi fisiologis tubuh, yang membuat kita sulit untuk berkomunikasi, seperti
: cacat/tuli, sakit keras, sakit kepala/gigi dll.
3. Gangguan psikologis : yakni gangguan kejiwaan yang datang dari
diri kita sendiri, seperti : gugup, tidak PD, egois, sombong dll.
a. Komunikasi tak
terhindari (Communication is unavoidable)
Kita semua mengirim pesan melalui non verbal
kita, walaupun kita tak mengucapkan sepatah katapun. Ekspresi
wajah, postur tubuh, pakaian, ketidak hadiran kita pada suatu rapat penting,
datang terlambat dll. Adalah mengkomunikasikan sikap kita ! oleh karenanya kita
harus waspada terhadap sinyal yang tanpa kita sadari diterima dan diberi makna
oleh orang yang melihatnya.
b. Komunikasi tidak
dapat diubah (Communication is irreversible)
Adakalnya kita ingin menarik kembali kata-kata
yang kita ucapkan, gerak tubuh dan wajah dll, tapi sayangnya hal tersebut tidak
dapat dilakukan. Bila kata-kata dan perbuatan kita sudah terekam di
benak seseorang, kita tidak akan dapat menghapusnya. Oleh karena itu kita harus
menimbang kata-kata yang kita ucapkan, sikap yang kita tunjukkan dll
terlebih pada saat konflik yang sedang
memanas.
c. Komunikasi adalah
sebuah proses (Communication is a process)
Setiap ungkapan tidak mungkin ‘berdiri
sendiri’, selalu ada hubungannya dengan apa yang kita pikirkan atau pengalaman
masa lalu kita. Setiap pesan yang tersampaikan adalah bagian daru suatu
proses.walaupun memahami komunikasi dapat memperlancar suksesnya seseorang
dalam berhubungan dengan orang lain, tetapi tetap saja terkadang kita tidak
mendapatkan seperti apa yang kita inginkan. Komunikasi yang efektif pun tidak
dapat mengatasi semua masalah : Adakalanya kita mengerti satu dengan yang lain,
tetapi tetap tidak setuju pendapat atau ide orang lain. Seorang komunikator yang efektif mengerti keterbatasan ini.
III.
Jaringan Komunikasi
Orang-orang yang berkomunikasi dalam suatu organisasi, misalnya : halaqoh,
membutuhkan suatu sistem untuk mengelola informasi yang masuk. Sistem tersebut
dinamakan : Jaringan Komunikasi (Commucation
Networks). Ada dua jaringan Formal
dan Informal.
Komunikasi Formal :
Sistem yang didesain untuk menentukan siapa harus berkomunikasi dengan siapa
untuk menyelesaikan suatu permasalahan/pekerjaan. Sistem ini akan membantu kita
mengetahui siapa PIC (Person in Carge) yakni orang yang bertanggung jawab untuk
suatu bagian atau bidang pekerjaan. Misal: su’un maali, su’un da’awi, ketua
halaqoh dll. Komunikasi ini bergerak dengan 3 model : Keatas (UPWARD), kebawah (DOWNWARD) dan kesamping (HORIZONTALLY).
Penjelasan :
DONWARD : komunikasi yang disampaikan murobbi kepada mutarobbinya, ini meliputi :
-
instruksi melakukan pekerjaan
dan alasannya (Instruction and rationale),
-
prosedur dan cara
melakukannya (Procedure and Practise),
-
indoktrinasi (Indoctrination)
UPWARD : Komunikasi antara mutarobbi kepada murobbinya. Ini meliputi :
-
Apa yang sedang dikerjakan
mutarobbi ( What subordinater are doing)
-
Masalah pekerjaan yang tak
terpecahkan (Unsolved work problems)
-
Saran untuk peningkatan (suggestion for improvement)
-
Apa yang dirasakan mutarobbi
tentang patner halaqohnya (feel in team)
HORIZONTALLY : disebut juga lateral communication, adalah komunikasi antar organ dalam
suatu halaqoh dengan kedudukan yang setara. Tujuannya :
-
Koordinasi pekerjaan (task coordination)
-
Memecahkan masalah (problem solving)
-
Berbagi informasi (sharing information)
-
Penyelesaian konflik (Conflict resolution)
-
Membina hubungan (building rapport)
Komunikasi informal :
adalah sistem yang menonjolkan interaksi antar kader dengan berdasarkan
persahabatan (ukhuwwah). Komunikasi ini tidak dipengaruhi oleh tempat,
ruang dan waktu. Serta dalam beberapa
kondisi terbukti efektif untuk menyelesaikan masalah dan pekerjaan (misal :
lobbi-lobbi dll)
Penyerapan Komunikasi :
55 % nonverbal (bahasa tubuh, ekspresi wajah, gerak gerik, pakaian dll)
38 % suara (sound)
7 % kata-kata
Sumber : Jane’s Academe Research
III. Presentasi
Adalah bagian dari upaya komunikasi, dimana
seseorang mencoba menerangkan (berkomunikasi) dengan cara memaparkan
(mempresentasikan).
Hal yang mempengaruhi efektifitas presentasi
adalah PERSIAPAN.
1.
Hal yang paling awal untuk
dipersiapkan untuk melakukan presentasi adalah
meyakinkan
diri dengan pertanyaan berikut:
-
Bahasan atau tema apa yang akan
saya sampaikan ?
-
Seberapa luas cakupan bahasan
yang harus saya sampaikan dan berapa waktu yang tersedia ?
-
Dapatkan saya membuat daftar
poin-poin utama dari seluruh bahasan yang akan saya sampaikan ?
-
Sudahkan saya mendapatkan cukup
bahan (informasi) untuk mensupport bahasan yang akan saya sampaikan,
seperti: data, argumentasi, contoh, dalil, kasus dsb ??
2.
Mengetahui medan presentasi: siapa dan bagaimana
karakteristik audience, berapa jumlah mereka, bagaimana struktur kelas
dan tata ruang yang tersedia, fasilitas presentasi yang ada, serta waktu presentasi.
Dengan mengetahui medan ini, paling tidak ada kesiapan antisipatif baik
psikologis maupun teknis.
3.
Menyiapkan alur dan struktur bahasan dengan mempertimbangkan waktu yang
tersedia. Sebaiknya dilakukan persiapan rancangan alur
pembahasan dalam draft yang ditulis dalam satu lembar kertas. Rancangan
ini membantu menjaga sistematika dan efisiensi presentasi, sehingga tidak
‘terjebak’ membahas sesuatu yang jauh melenceng dari topik bahasan.
4.
Menentukan cara dan media yang akan digunakan. Pada
intinya, gunakanlah cara dan media yang paling komunikatif dan mudah difahami.
Bila topik bahasan seputar konsep-konsep dan pengertian, maka pendekatan verbal
menjadi pilihan yang memadai. Membuat makalah yang sistematis, jelas
urut-urutan dan poin-poin bahasan menjadi tuntutan pokok. Apalagi bila disertai
dengan ringkasan makalah yang disajikan di awal atau di akhir bahasan. Bila
pokok bahasan menyangkut suatu kajian sebab-akibat, atau suatu proses
(kejadian) pendekatan visual dengan gambar-gambar grafis yang relevan akan
sangat membantu mempercepat pemahaman peserta didik.
IV. Kiat-kiat Presentasi yang menarik
Agar presentasi menarik, hendaknya dilakukan
hal-hal berikut:
1.
Structure. Hendaknya bahan yang akan disampaikan tersusun secara sistematis dengan
alur yang jelas dan mudah difahami. Bila bahan yang akan disampaikan sangat
padat dengan masalah konsepsional dan teoritis, susunlah dengan bentuk sebagai
berikut:
- Pengantar: - membangkitkan perhatian dan minat peserta
-
memaparkan ikhtisar materi bahasan
b.
Bagian utama: - sejumlah judul utama (main points)
-
beberapa sub judul
c.
Kesimpulan: - butir-butir atau catatan penting
- diskusi dan pertanyaan
2.
Simple. Sampaikan penyajian dengan mudah dan tidak berbelit-belit. Hindari
istilah-istilah yang sulit difahami, Gunakan kalimat-kalimat yang pendek, jelas
dan bervariasi. Penyajian jadi sangat membosankan apabila penyaji sering
menggunakan istilah-istilah yag berulang-ulang.
3.
Surprise. Kesuksesan penyajian seringkali tergantung di titik awal penyampaian.
Apabila kesan pertama penyajian menggoda, maka selanjutnya menjadi
terserah anda. Oleh karena itu mulailah penyajian bahasan dengan sesuatu
yang mengejutkan, memancing perhatian atau mengundang minat dan keseriusan. Gunakan
kasus, data, gambar, games ataupun cerita mengenai sesuatu yang relevan dengan
topik bahasan.
4.
Support. Penyajian akan sangat menarik dan meyakinkan serta mudah difahami apabila
disertai dengan ilustrasi dan hala-hal yang menunjang. Lengkapilah setiap sub
bahasan dengan ilustrasi yang memadai dan relevan dalam bentuk kasus, contoh
aplikatif, data dan fakta, dalil.
5.
Shape. Penyajian akan menjadi enak dilihat apabila disampaikan
dengan model tampilan hand out, skema, matriks atau grafis yang
yang jelas, mudah dan menarik. Bentuk ini akan mempermudah pemahaman pada
topik-topik bahasan yang padat dan kompleks.
6.
Style. Gaya menyampaikan sungguh akan
mempengaruhi keberhasilan penyampaian. Bila penyaji hanya duduk dan berbicara
dengan nada yang datar atau monoton tentu
akan sangat membosankan. Sebaiknya gaya penyampaian dilakukan dengan
berbagai variasi gaya: kadang duduk, berdiri, jalan, menyapa dengan nada bicara
yang ekspresif serta penuh semangat.
7.
Smart-smile. Penampilan
yang menarik hendaknya juga dipertimbangkan dalam menyampaikan sesuatu kepada
sejumlah pendengar. Seringkali kesan pertama penyajian justeru muncul dari
penampilan fisik si penyaji: pakaian, kerapihan dan kebersihan serta wewangian.
Penampilan yang menarik akan menjadi optimal manakala dalam proses penyampaian,
tercipta hubungan dan suasana yang interaktif antara penyaji dan pendengar.
Munculkanlah suasana akrab dan hangat melalui teguran, sapaan, senyuman,
pertanyaan, meminta tanggapan ataupun
komentar mereka.
8.
Show. Usahakanlah menggunakan media dan atau alat peraga yang memadai. Apakah
dalam bentuk makalah, hand-out, flipp chart, papan tulis, transparancy-sheet,
slide. Artinya, jangan hanya menggunakan lembar text-book yang merupakan
bagian dari referensi yang digunakan.
9.
Stop. Berhenti sejenak dengan joke atau
selingan-selingan segar untuk memelihara konsentrasi dan perhatian pendengar,
terutama apabila bobot topik bahasan berat dan sulit.
10.
Summarize. Menentukan akhir presentasi yang mengesankan. Kiat menutup presentasi
menjadi sangat menentukan keberhasilan menyampaikan bahasan. Presentasi
hendaknya diakhiri dengan merangkum kembali secara utuh pokok bahasan yang
telah disampaikan, sambil terus memberi kesempatan kepada audience untuk
memperjelas hal-hal yang terlewat.
0 komentar:
Posting Komentar