Selasa, 02 Juli 2013

TAJARRUD

Apa yang dimaksud dengan tajarrud atau totalitas dakwah? KH.Hilmy Aminudin memaknai tajarrud sebagai ketulusan pengabdian kader dakwah bukanlah meninggalkan semuanya untuk dakwah tetapi membawa semuanya demi kejayaan dakwah.
Apakah yang selama ini sudah kita berikan untuk dakwah dan dien ini? Apakah kita hanya disibukkan dengan masalah yang berkutat diri sendiri saja? Apakah dakwah dan tarbiyah hanya sebagai sampingan saja, kalau sempat saja? Apakah kita hanya memberikan waktu sisa, energi sisa dan harta sisa untuk dakwah? Datang syuro atau ngaji dengan waktu sisa dan energi sisa hingga badan sudah lelah, pikiran sudah jenuh dan mata pun sudah mengantuk? Itu masih mending mungkin daripada yang tidak hadir karena sudah capek dan mengantuk?
Sayyid Qutb mengatakan, “Orang yang hidup bagi dirinya sendiri akan hidup sebagai orang kerdil dan mati sebagai orang kerdil. Tapi orang yang hidup bagi orang lain akan hidup sebagai orang besar dan mati sebagai orang besar.” Nach, kita termasuk yang mana nich? Berapa waktu yang kita gunakan untuk memikirkan dan mengelola dakwah,tarbiyah dan kemajuan umat? Berapa pengorbanan yang kita berikan untuk memerdekakan diri kita dari belenggu egoisme pribadi? Barangkali kita yang lebih disibukkan dengan masalah diri kita sendiri, repot dengan keluarga, bingung mengelola organisasi, stress mengelola waktu, nervous memanaj potensi sehingga kita kehilangan banyak meomentum di sekitar kita. Padahal di sekitar kita banyak yang membutuhkan pembinaan dan seruan dakwah. Banyak anakremaja yang terjerumusnarkoba, banyak kemaksiatan merajalela, dsb. Bahkan banyak yang sebenarnya merindukan untuk dibina tapi malah kita “binasakan” karena tidak serius mengelolanya.
Coba kita bandingkan diri kita dengan orang-orang Barat. Dalam bukunya Syakb Arselan, pemikir Muslim dari Syiria, ia menjelaskan kenapa kaum Muslimin mundur sedangkan orang-orang Barat maju adalah karena orang-orang Barat lebih banyak berkurban daripada kaum Muslimin. Mereka memberi lebih demi agama mereka ketimbang apa yang diberikan kaum Muslimin bagi agamanya.
Tuh kan…,selama ini barangkali kita tertinggal karena belum seserius mereka.
Mari kita gunakan semua yang kita miliki demi kejayaan dakwah. Anak, istri, harta benda, pekerjaa,waktu dan tenaga yang kita miliki bukan penghalang dakwah tapi justru bisa menjadi pendukung dakwah. Sehingga antara keluarga dan dakwah, antara profesi dan dakwah tidak lagi saling dipertentangkan tetapi saling mendukung. Bukan meninggalkan semuanya untuk dakwah tetapi membawa semuanya demi kejayaan dakwah.
Wallahu a’lambishowab

0 komentar:

Posting Komentar