Dalam Al-Qur’anul Karim Surat Al-Ashr (103):
1-3, Allah berfirman yang artinya sebagai berikut.
1. Demi masa.
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam
kerugian,
3. kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal shalih dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan
nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia memang
benar-benar berada dalam kerugian apabila tidak memanfaatkan waktu yang telah
diberikan oleh Allah secara optimal untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan baik.
Hanya individu-individu yang beriman dan kemudian mengamalkannyalah yang tidak
termasuk orang yang merugi, serta mereka bermanfaat bagi orang banyak dengan
melakukan aktivitas dakwah dalam banyak tingkatan.
Lebih lanjut, dalam Al-Qur’an surat Al-Imran
(3) ayat 104, Allah berfirman, “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan
umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah
dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.”
Dengan demikian, hanya orang-orang yang
mengerjakan yang ma’ruf dan meninggalkan yang munkarlah orang-orang yang
memperoleh keuntungan.
Setiap muslim yang memahami ayat di atas,
tentu saja berupaya secara optimal mengamalkannya. Dalam kondisi kekinian
dimana banyak sekali ragam aktivitas yang harus ditunaikan, ditambah pula
berbagai kendala dan tantangan yang harus dihadapi.
Seorang muslim haruslah pandai untuk mengatur
segala aktivitasnya agar dapat mengerjakan amal shalih setiap saat, baik secara
vertikal maupun horizontal. Secara vertikal, dirinya menginginkan sebagai ahli
ibadah, dengan aktivitas qiyamullail, shaum sunnah, bertaqarrub illallah, dan
menuntut ilmu-ilmu syar’i. Dalam hubungannya secara horizontal, ia menginginkan
bermuamalah dengan masyarakat, mencari maisyah bagi keluarganya, menunaikan
tugas dakwah di lingkungan masyarakat, maupun di tempat-tempat lainnya.
Semua itu tentu saja harus diatur secara baik,
agar apa yang kita inginkan dapat terlaksana secara optimal, tanpa harus
meninggalkan yang lain. Misalnya, ada orang yang lebih memfokuskan
amalan-amalan untuk bertaqarrub ilallah, tanpa bermu’amalah dengan masyarakat.
Ada juga yang lebih mementingkan kegiatan muamalah dengan masyarakat, tetapi
mengesampingkan kegiatan amalan ruhiyahnya.
Dalam hal ini, manajemen waktu untuk
merencanakan, mengatur, dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang ada haruslah
memiliki landasan-landasan berikut.
1. Pengetahuan kaidah yang rinci tentang
optimalisasi waktu
Setiap muslim, hendaknya memahami dan
mengetahui kaidah-kaidah yang rinci tentang cara mengoptimalkan waktunya. Hal
ini bertujuan untuk kebaikan dan kemaslahatan dirinya dan orang lain.
Tokoh-tokoh seperti Imam Ibnul Jauzi, Imam Nawawi, dan Imam Suyuthi adalah
orang-orang yang menjadi teladan bagi orang-orang yang bisa mengoptimalkan
waktu semasa hidupnya.
2. Memiliki manajemen hidup yang baik
Setiap muslim haruslah pandai mengatur segala
urusan hidupnya dengan baik, menghindari kebiasaan yang tak jelas, matang dalam
pertimbangan dan mempunyai perencanaan sebelum melakukan pekerjaan. Ia harus
berpikir, membuat program, mempersiapkan, mengatur dan melaksanakannya.
3. Memiliki Wudhuhul Fikrah
Seorang muslim haruslah memiliki keluasan atau
fleksibilitas dalam berpikir, seperti mampu berpikir benar sebelum bertindak,
berpengetahuan luas, mampu memahami substansi pemikiran dan paham. Hal itu
penting sebagai dasar pengembangan berpikir ilmiah.
4. Visioner
Seorang muslim juga harus memiliki pandangan
jauh ke depan, bisa mengantisipasi berbagai persoalan yag akan terjadi di
tahun-tahun mendatang.
5. Melihat secara utuh setiap persoalan
Setiap orang yang dapat mengatur waktunya
secara optimal, tidak melihat masalah secara parsial. Karena bisa jadi,
persoalan itu memiliki kaitan dengan yang lainnya.
6. Mengetahui Perencanaan dan skala prioritas
Mengetahui urutan ibadah dan prioritas, serta
mengklasifikasi berbagai masalah adalah faktor penting dalam mengatur waktu
agar menghasilkan kerja yang optimal. Dengan membuat skala prioritas, akan
menghindarkan dari ketidakteraturan kegiatan.
7. Tidak Isti’jal dalam mengerjakan sesuatu
Mengerjakan sesuatu dengan tidak tergesa-gesa
dan berdasar pada ketenangan jiwa yang stabil merupakan landasan yang penting
dalam mewujudkan hidup yang lebih baik.
Sementara, orang yang musta’jil menginginkan
agar dalam waktu singkat ia mampu melakukan hal-hal yang terpuji, sekaligus
meninggalkan hal-hal yang tidak terpuji. Hal ini jelas tidak sesuai dengan
sunah kauniyah, yaitu hukum alam dan kebiasaan.
8. Berupaya seoptimal mungkin
Jika kita menginginkan terwujudnya aktivitas
amal shalih, maka secara optimal kita harus mengarahkan diri pada persoalan itu
sesuai kemampuan yang ada pada diri kita.
9. Spesialisasi dan pembagian pekerjaan
Setiap muslim haruslah memiliki keahlian
tertentu. Ia boleh memiliki pengetahuan luas, tetapi ia juga perlu memfokuskan
pada keahlian tertentu.
Landasan-landasan di atas hanya dapat
dipenuhi, jika telah memenuhi syarat sebagai berikut.
1. Disiplin dan Pembiasaan sejak dini
Penanaman disiplin akan waktu, mengahargai
waktu sejak kecil merupakan hal penting. Dengan demikian, ia akan terbiasa
untuk mengatur hidupnya secara mandiri dan optimal untuk merencanakan berbagai
macam aktivitas. Disiplin terkait dengan ibadah, tidur, makan, termasuk senda
gurau. Ali bin Abi Thalib mengatakan, “Berilah istirahat hati karena kalau
dipaksakan akan membabi buta.”
2. Memiliki kecerdasan dan kejeniusan
Munculnya indikasi kecerdasan pada seseorang
merupakan faktor penting untuk bisa mewujudkan hal di atas.
3. Memiliki kondisi fisik dan mental yang
positif
Untuk melaksanakan manajemen waktu yang
optimal, memang perlu ditunjang dengan adanya keinginan yang kuat, tindakan
yang terus menerus, aktif, lapang dada, penuh optimisme, berpengetahuan luas,
mampu memadukan berbagai pemikiran dan mampu mengendalikan emosi, seperti
sedih, berduka dan susah, di samping memiliki budi pekerti dan akhhlak yang
tinggi.
4. Memiliki ketrampilan
Pengetahuan yang luas, tanpa diiringi dengan
ketrampilan hanya akan menjadi aksi yang tidak kongkret. Banyak orang yang
pandai berbicara, tetapi hanya sedikit orang yang bisa bekerja dan menekuni
bidang pekerjaannya.
0 komentar:
Posting Komentar